Kesuksesan seorang CEO di dalam perusahaan sangat dipengaruhi dari kemampuannya di dalam membuat sesuatu yang tidak ada menjadi “mengada”. Seorang pemimpin perusahaan harus jeli melihat segala sesuatu yang ada disekitarnya menjadi hal yang lebih bernilai. Ini tidak hanya dalam hal menangkap peluang-peluang bisnis saja, tetapi dalam segala bidang di dalam perusahaan.
Yaitu misal dalam hal berinovasi produk, di dalam perusahaan walau ada divisi khusus riset, namun peranan CEO sangat penting disini, dimana banyak ide-ide bermunculan dari CEO itu sendiri. Mampu melihat hal-hal mendasar yang terkesan sederhana namun menjadi suatu yang berharga setelah di rancang sedemikian rupa. Contoh sederhana dalam bisnis yang saya geluti yaitu dalam hal proses produksi, dimana dari suatu fakta bahwa kondisi air tiap-tiap daerah berbeda-beda kualitasnya, ada di beberapa tempat kondisi air cukup buruk penuh dengan bakteri, alhasil bagi bayi dan orang yang memiliki kulit sensitive akan merasa gatal ketika menggunakan pakaian hasil produksi (mencuci), walau proses produksi telah menggunakan detergen terbaik sekalipun.
Lalu saya berpikir bahwa hal ini cukup mengganggu, dan kebetulan saya terpikir gerai air isi ulang, melihat bagaimana proses sterilisasi nya hingga air bisa diminum. Tercetuslah ide untuk membuat proses sterilisasi air seperti pada gerai air isi ulang, yaitu menggunakan sinar khusus ultraviolet. Melalui divisi riset kami berhasil membuat alat steril air yang dipasang di pipa air menuju mesin produksi, dengan ide sederhana ini terpecahkan kendala terhadap hygienis air, dan luar biasanya kami pun sampai mendapat penghargaan Rekor MURI sebagai laundry kiloan pertama yang menggunakan tekhnologi ultraviolet, dan alat itu kini telah dipasang di ratusan gerai Simply Fresh Laundry.
Hal lain dalam kemampuan “mengada” yaitu saat dihadapi pada suatu kondisi beberapa outlet yang mengalami pertumbuhan yang kurang baik, alias tidak mencapai target yang ditetapkan. Mulai dari Staff, Supervisor, sampai Manajer tidak mampu mengatasi kendala ini sampai beberapa bulan. Sebagai pemimpin di dalam perusahaan pun saya harus turun untuk membantu mengatasinya, ternyata solusinya sangat sederhana sekali, namun hal sesederhana itu sampai tidak terpecahkan sampai tingkat manajer. Kesimpulannya untuk memecahkan suatu persoalan kita harus keluar dulu dari masalah itu, ibarat melihat suatu benda yang kecil, jika benda terlalu dekat dengan mata maka tidak akan terlihat dengan jelas (buram), setelah benda kita jauhkan akhirnya kita dapat melihat dengan jelas benda tersebut.
Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh salah satu kecerdesan yang harus kita latih, yaitu kecerdasan emosional atau biasa disebut EQ (Emotional Quotient). Dengan kecerdasan emosi yaitu kemampuan mengendalikan yang ada di dalam hatinya, otomatis kecerdasan (IQ) Intelektual Quotient pun dengan sendirinya akan ikut meningkat. Dengan EQ dan IQ yang seimbang maka ide-ide yang out of the box, dan skill kemampuan mengatasi suatu problem untuk memecahkan nya akan menjadi terasa mudah. Berdasar penelitian bahwa orang yang mudah emosi dimana hatinya menjadi tidak tenang maka akan berpengaruh terhadap menurunnya kecerdasan otak (IQ). Untuk itu wajib bagi seorang pemimpin mampu menggali kemampuan ini. Salam sukses selalu.
Agung Nugroho Susanto, SH
CEO PT.Sushantco Indonesia
(Simply Group : Simply Fresh Laundry, Bobby’s Steak, Simply Homy Guest House, Unknown Revolution)
Artikel ini pernah diterbitkan oleh Mingguan KONTAN tanggal 11-17 April 2011, pada rubrik Kopi Sabtu Pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar