“Di antara bencana paling mengerikan yang menimpa seluruh umat manusia, ialah ide kebebasan individu yang dibawa oleh demokrasi. Ide ini telah mengakibatkan berbagai malapetaka secara universal, serta memerosotkan harkat dan martabat masyarakat di negeri-negeri demokrasi sampai ke derajat yang lebih hina daripada derajat segerombolan binatang!” (Al-’Allamah as-Syaikh Abdul Qadim Zallum).
Asas demokrasi modern adalah sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Sehingga muncul istilah-istilah semacam "jangan politisasi agama" dan sebagainya dianggap Islam itu hanya ngatur urusan ibadah semata.
Padahal Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna). Dimana setiap perilaku terikat dengan aturan syara. Bahkan, MUI juga telah haramkan sekularisme dalam fatwanya.
"Dan tidak patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetpkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al-Ahzab [33] : 36)
Sejak awal kelahiran demokrasi, kedaulatan dalam demokrasi ada di tangan segelintir rakyat, yakni para pemilik modal. Hanya saja, mereka menipu rakyat dengan menggembar-gemborkan seolah-olah kedaulatan ada di tangan rakyat. Jadi, bila perubahan yang dikehendaki adalah daulat rakyat maka demokrasi tidak memberikan hal itu. Yang berdaulat dan berkuasa dalam demokrasi adalah para pemilik modal.
Negara yang katanya paling "demokratis" pun bergejolak.. karena jelas setiap yang menentang fitrah pasti akan rusak.
Allahummaghfir lana wal muslimin
Sungguh tragis.
BalasHapusFurniture Rotan Sintetis