Habits #2 : Merujuk Pada Tujuan Akhir (Ringkasan "The 7 habits of Highly Effective Teens" by Seen Covey)
Merujuk Pada Tujuan Akhir atau Mulai dengan Mengingat Tujuan Akhir kita, adalah cara bagaimana mendapatkan gambaran yang jelas mau ke mana dalam hidup ini. Artinya memutuskan apa saja nilai-nilaimu dan menetapkan sasaran akhir.
Apabila kebiasaan 1 mengatakan kita sebagai pengemudinya, maka kebiasaan 2 memerintahkan untuk menentukan ke mana kita akan menuju.
Mengapa begitu penting untuk mempunyai tujuan akhir? Sean Covey mengatakan bahwa ada dua alasan, yaitu karena kita ada dalam persimpangan, sehingga jalan yang akan kita pilih akan mempengaruhi kita selamanya. Alasan kedua adalah bahwa jika kita tidak menentukan masa depan kita sendiri, maka orang lain yang akan memutuskannya. Jadi pilih mana antara masa depan pilihanmu sendiri atau masa depan pilihan orang lain?
Dalam hidup kita, kita memiliki banyak jalan untuk melakukan sesuatu. Kita juga memeiliki banyak jalan untuk menentukan kemana kita akan berjalan. Di dalam melakukan sesuatu ataupun juga dalam menentukan arah jalan, itu akan mempengaruhi jalan hidup kita masing – masing.
Dalam hidup, kita sendirilah yang seharusnya menentukan mau kemana kita. Mungkin orangtua, teman atau siapapun, apakah kita mau mereka untuk menentukan kemana kita? Tentu tidak bukan? Karena itulah kita yang harus bertanggungjawab atas seluruh hidup dan takdir kita. Tanpa tujuan akhir, kita sering kali akan mengikuti orang lain yang mau memimpin, meskipun yang dikerjakan sama sekali tidak bermanfaat bagi kita.
Untuk menjamin kita memiliki tujuan akhir, salah satu cara menemukannya adalah dengan menuliskan pernyataan misi pribadi. Pernyataan misi ini adalah pernyataan mengenai apa yang akan kita lakukan dalam hidup kita, apa saja yang perlu dicapai, selayaknya sebuah cetak biru hidup kita.
Pernyataan ini terserah bagaimana bentuknya, baik panjang, pendek, berbentuk esai atau puisi, yang penting tujuan hidup kita tertuang di dalamnya. Pernyataan misi ini seperti pohon dan akar-akarnya yang dalam, tidak bergerak, akan tetapi terus bertumbuh.
Kesalahan terbesar dalam pembuatan pernyataan misi ini ada dua. Yang pertama, biasanya membuang waktu untuk menyempurnakannya sebelum memulainya. Seharusnya kita segera melakukan meskipun belum sempurna, kemudian dalam proses itu sempurnakan sedikit demi sedikit. Lalu pernyataan misi ini tidak perlu sama dengan orang lain. Cukup tuliskan sesuatu yang dapat menggambarkan diri kita, maka itulah diri kita yang sebenarnya, pernyataan misi kita sendiri.
Selanjutnya adalah menemukan talenta-talenta kita. Apa sih yang kamu berbakat di dalamnya? Apa yang membuatmu dapat melakukannya dengan senang hati? Tidak perlu bakat seperti suara merdu atau pintar olahraga. Bisa saja bakatmu sepele seperti pandai membuat orang tertawa, selalu bersikap ramah, atau bahkan bisa menyanyi dengan bersiul sepanjang hari. Yang penting itu adalah bakat aslimu dan tidak dibuat-buat. Kita hanya harus mendeteksi talenta kita, bukannya menciptakan yang tidak kita punyai.
Selanjutnya adalah menemukan talenta-talenta kita. Apa sih yang kamu berbakat di dalamnya? Apa yang membuatmu dapat melakukannya dengan senang hati? Tidak perlu bakat seperti suara merdu atau pintar olahraga. Bisa saja bakatmu sepele seperti pandai membuat orang tertawa, selalu bersikap ramah, atau bahkan bisa menyanyi dengan bersiul sepanjang hari. Yang penting itu adalah bakat aslimu dan tidak dibuat-buat. Kita hanya harus mendeteksi talenta kita, bukannya menciptakan yang tidak kita punyai.
Ada beberapa cara untuk mengejar sasaran itu, antara lain :
1. Hitung biayanya, yaitu kamu harus menghitung biaya yang harus kamu bayar untuk mencapainya. Misalnya, kamu ingin pandai berolah raga, kamu harus lebih sering berlatih dan mempelajari olahraga yang kamu sukai. Di samping itu, kamu harus rela waktu jalan-jalanmu dan waktu bersantai berkurang, kamu harus rela bercape-cape setiap hari. Setelah menghitung biayanya, maukah kamu berkorban? Apabila tidak jangan lakukan, jangan membuat komitmen yang kamu tau akan kamu langgar. Cara yang lebih baik adalah dengan menjadikan sasaranmu lebih mudah dicapai, sehingga biaya yang kamu bayar akan bisa kamu penuhi.
2. Tuliskan, karena sasaran yang tidak dituliskan hanya akan jadi angan-angan.
3. Laksanakan, karena tidak ada yang sifatnya coba-coba. Kamu harus melakukan apa yang kamu inginkan. Jangan bilang, “akan saya coba”, tapi katakan, “akan saya lakukan”. Seperti ketika pasanganmu menanyakan apakah kamu mau menikahinya, lalu kamu jawab “akan saya coba”, bagaimana perasaanya???
4. Gunakan momentum yang tepat, yaitu saat awalan dan akhiran. Contohnya tahun baru sebagai awalan. Dengan memanfaatkan momentum itu kamu akan bisa melaksanakan sasaranmu dengan efektik.
5. “Ikatkan” dirimu dengan orang lain, artinya dalam mencapai tujuanmu, kamu harus memberitahukan apa yang kamu lakukan kepada orang lain sehingga mereka bisa membantumu. Apabila kamu ingin pintar, bicarakan hal itu dengan orang tua, guru, teman bahkan dengan istrimu, maka kamu bisa didukung orangtuamu, diberi les olah gurumu, berdiskusi dengan temanmu, bahkan mendapat dorongan dari istrimu. Menjadi lebih mudah bukan?
1. Hitung biayanya, yaitu kamu harus menghitung biaya yang harus kamu bayar untuk mencapainya. Misalnya, kamu ingin pandai berolah raga, kamu harus lebih sering berlatih dan mempelajari olahraga yang kamu sukai. Di samping itu, kamu harus rela waktu jalan-jalanmu dan waktu bersantai berkurang, kamu harus rela bercape-cape setiap hari. Setelah menghitung biayanya, maukah kamu berkorban? Apabila tidak jangan lakukan, jangan membuat komitmen yang kamu tau akan kamu langgar. Cara yang lebih baik adalah dengan menjadikan sasaranmu lebih mudah dicapai, sehingga biaya yang kamu bayar akan bisa kamu penuhi.
2. Tuliskan, karena sasaran yang tidak dituliskan hanya akan jadi angan-angan.
3. Laksanakan, karena tidak ada yang sifatnya coba-coba. Kamu harus melakukan apa yang kamu inginkan. Jangan bilang, “akan saya coba”, tapi katakan, “akan saya lakukan”. Seperti ketika pasanganmu menanyakan apakah kamu mau menikahinya, lalu kamu jawab “akan saya coba”, bagaimana perasaanya???
4. Gunakan momentum yang tepat, yaitu saat awalan dan akhiran. Contohnya tahun baru sebagai awalan. Dengan memanfaatkan momentum itu kamu akan bisa melaksanakan sasaranmu dengan efektik.
5. “Ikatkan” dirimu dengan orang lain, artinya dalam mencapai tujuanmu, kamu harus memberitahukan apa yang kamu lakukan kepada orang lain sehingga mereka bisa membantumu. Apabila kamu ingin pintar, bicarakan hal itu dengan orang tua, guru, teman bahkan dengan istrimu, maka kamu bisa didukung orangtuamu, diberi les olah gurumu, berdiskusi dengan temanmu, bahkan mendapat dorongan dari istrimu. Menjadi lebih mudah bukan?
Satu hal yang harus kamu perhatikan adalah sebaiknya kamu tidak mengacuhkan kelemahanmu, karena yang harus kamu lakukan adalah kembangkan seluruh talentamu (bakatmu) dan gunakan kelemahanmu untuk menjadi kekuatan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Pendidik Maren Mouritsen mengatakan, “Kebanyakan dari kita takkan pernah melakukan hal-hal besar. Akan tetapi kita bisa melakukan hal-hal kecil dengan cara yang besar”.
---
"Sesungguhnya Allah berfirman: "Aku sebagaimana prasangka hambaku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku."[HR.Turmudzi]
"Sesungguhnya Allah berfirman: "Aku sebagaimana prasangka hambaku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku."[HR.Turmudzi]
“Hikmah adalah harta orang mukmin yang hilang. Di mana saja menemukannya, dia lebih berhak untuk mengambilnya” (Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar