Kebiasaan #5 : Berusahalah Untuk Memahami Terlebih Dahulu, Baru Dipahami (Ringkasan "The 7 habits of Highly Effective Teens")
Setiap manusia memiliki suatu keinginan terpendam di lubuk hatinya yang terdalam agar bisa dimengerti oleh setiap orang. Rasa ingin dimengerti ini menyangkut seluruh tindakan dan pemikiran yang dimilikinya.
Setiap orang memiliki persepsi masing-masing terhadap dunia, sehingga setiap orang akan memiliki perbedaan pemikiran yang kadang tidak bisa dimengerti oleh orang lain.
Dalam memahami perasaan orang lain, kita perlu menjadi seorang pendengar yang baik. Akan tetapi, seringkali kita tidak mendengarkan dengan baik.
Dalam memahami perasaan orang lain, kita perlu menjadi seorang pendengar yang baik. Akan tetapi, seringkali kita tidak mendengarkan dengan baik.
Dengan memahami perasaan lawan bicara kita, orang tersebut secara tidak sadar akan membuka hatinya untuk mendengarkan apa yang akan kita katakan. Apabila lawan bicara belum merasa dipahami, akan sulit baginya membuka diri dan menerima apa yang akan kita katakan. Dengan memahami lawan bicara terlebih dahulu, kita akan mendapatkan kepercayaan yang lebih dari orang tersebut.
Hanya berusaha memahami orang lain baru setengah dari kebiasaan 5 ini. Setengah selanjutnya adalah Berusaha Untuk Dipahami. Diperlukan keberanian untuk berbicara di depan umum, akan tetapi diperlukan keberanian yang lebih besar untuk berbicara secara umum. Apabila kita sudah bisa memahami lawan bicara kita, tentu kita ingin agar apa yang kita katakan bisa didengarkan oleh orang lain.
Akan tetapi ada 2 syarat agar perkataan kita bisa dipahami oleh orang lain. Yang pertama adalah apakah perkataan kita dapat memberikan manfaat bagi dan feedback bagi lawan bicara kita. Sedangkan yang kedua adalah sampaikan dari sudut pandang “saya”, bukan malah mengatakan “kamu”, sehingga akan memberikan gambaran bahwa apa yang kita katakan berasal dari pikiran kita dan tidak semata-mata menghakimi lawan bicara kita.
--
Catatan saya :
Walau kita berusaha saling memahami, namun bila terkait kebenaran yang haq wajib disampaikan walau itu tidak meng-enakkan. Tetap dilakukan dengan bahasa yang lembut serta moment yng tepat supaya tidak seperti menghakimi.
Catatan saya :
Walau kita berusaha saling memahami, namun bila terkait kebenaran yang haq wajib disampaikan walau itu tidak meng-enakkan. Tetap dilakukan dengan bahasa yang lembut serta moment yng tepat supaya tidak seperti menghakimi.
"beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit"(HR Ahmad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar