Pemasaran bukan terletak pada berapa nilai barangnya, tetapi nilai menurut pikiran orang.
Suatu Barang/produk yang sama dapat dijual dengan harga lebih tinggi sementara yang lain hanya terjual dengan harga murah.
Contohnya pada laundry di Jogja yang terkenal dengan harga laundry yang murah, bayangkan saja dari 11 tahun lalu sampai sekarang masih ada yang tarifnya 3500/kg.
Padahal biaya-biaya bahan baku telah naik, bahkan untuk UMR pun telah jauh berbeda. Lalu bagaimana biaya untuk peremajaan mesin, perpanjangan sewa kontrak, kesejahteraan karyawan, kualitas atau bahkan untuk nambah mesin baru tentu akan sangat sulit dengan margin yang sangat tipis.
Ini terjadi karena paradigma "senjata" untuk bikin ramai outlet satu-satunya cara yaitu dengan harga yang murah. Padahal dengan sedikit kreativitas menambah added value (nilai tambah) maka harga mahal menjdi relatif.
Kami di Simply Fresh Laundry di Jogja ternyata dengan ongkos sekali cuci minimal 24.000 bahkan tanpa setrika malah semakin ramai dikunjungi.
Ya kuncinya adalah dengan membangun NILAI TAMBAH. Persis seperti secangkir kopi starbucks bisa dijual 5x lebih mahal dari nilainya.
Nilai tambah ini bisa yang berwujud (fisik) atau tidak berwujud. Nilai tambah secara fisik bisa berupa service yang prima, keunikan, varian produk, dll. Untuk yang tak berwujud yaitu bisa dari emosi,kebanggan, dll terutama muncul dari BRAND yang telah tertancap pada benak berupa positioning yang tepat.
Bangunlah nilai tambah hingga nilai produk anda pantas untuk dihargai tinggi. Bisnis pun bisa semakin berkembang dan semakin berikan manfaat kebanyak orang. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang banyak.
Salam Sukses Berkah Berlimpah!
Agung Nugroho Susanto
Agung Nugroho Susanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar