"Demokrasi " di Masjid.
Malam ini ceramah /kultum sebelum shalat tarawih diawali dari keprihatinan kondisi negeri. Mulai dari korupsi, hutang negara, hingga janji-janji para wakil rakyat yang tak juga terealisasi, berbeda dari saat kampanye sebelum pemilu.
Harapan dari penceramah filosofi mengurus negara adalah seperti pada jamaah sholat di masjid. Yang menjadi imam adalah benar-benar yang pantas, bukan asal orang, lalu makmum mengingatkan saat imam ada salah /lupa ,bahkan imam malah berterima kasih bila diingatkan,semua jelas panduannya sesuai tuntunan.
Penceramah bilang inilah "demokrasi" di Masjid. Saya pun hanya bisa tersenyum, karena inilah yang dinamakan Islam, jelas bukan demokrasi. Dalam demokrasi suara rakyat adalah suara "tuhan", yang halal bisa jadi haram bila suara mayoritas menghendaki.
Bila di analogikan shalat jamaah, ketika jamaah (rakyat) inginkan shalat isya hanya 2 rakaat maka itulah yang jadi keputusan, tak peduli halal-haram/ sesuai-tidak dengan tuntunan. Inilah demokrasi, kedaulatan dan kekuasaan ditangan rakyat.
Sedangkan dalam sistem Islam seperti analogi sholat jamaah, semua jamaah sudah paham mana yang boleh dan tidak berdasar tuntunan (Quran dan Sunnah) tinggal jamaah bersama-sama ikuti imam dan luruskan bila ada yang salah.
Kedaulatan berada ditangan syariat dan kekuasaan ditangan rakyat (diberikan oleh rakyat kepada penguasa (khalifah) untuk menjalankan hukum, yakni hukum-hukum Allah SWT atau syariah Islam yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah.).Inilah Islam konsep bernegara yang berbeda dari demokrasi.