John C Maxwell dalam bukunya menyatakan, Kalau anda jadikan KEBAHAGIAAN jadi tujuan hidup, hampir pasti di takdirkan anda akan GAGAL! Kebahagiaan merupakan bagian dari Perasaan, dan perasaan adalah sifat yang TIDAK STABIL, ibarat rollercoaster yang naik turun. Kebahagiaan merupakan bagian dari perasaan dan tidak dapat diandalkan sebagai ukuran SUKSES.
Upaya mengejar kebahagiaan semu inilah yang menjadikan begitu banyak orang lupa diri dan akhirnya nelangsa. Masih ingat dengan kasus di salah satu Padepokan yang konon katanya bisa melipat-gandakan uang? Berapa banyak orang yang menjadi korbannya? Dari mulai orang kampung sampai beberapa oknum pejabat dan pengusaha. Dari JUTAAN rupiah sampai MILYARAN rupiah mereka korbankan. Sudah pasti mereka ingin mengejar kebahagiaan semu yang tidak ada habisnya.
Makna kebahagiaan yang haq adalah ketika apa yang kita lakukan mendapatkan Ridho dari Allah Ta’ala. Jadi, percuma saja bisnis kita sukses, omzetnya melimpah ruah, mobil mewah, rumah megah, tapi Allah tak Ridho dengan cara-cara yang dilakukan dalam bisnis. Semua kesuksesan itu tak ada artinya, hidup kita jadi tak akan merasa bahagia, akan selalu merasa kurang, kurang dan kurang.
“Siapa saja yang mencintai dunianya, dia telah mendatangkan kerugian bagi akhiratnya. Siapa yang mencintai akhiratnya, dia telah mendatangkan kerugian bagi dunianya. Karena itu, pilih dan utamakanlah apa yang kekal daripada apa yang fana” (HR Ahmad, al-Baihaqi dan al-Hakim).
Inilah sesungguhnya orang yang menuai sukses sejati dan meraih kebahagiaan hakiki. Sekali lagi, Bisnis bukan hanya untung rugi tapi juga tentang SURGA dan NERAKA.
Untuk itu anda sebagai muslimpreneur wajib belajar tentang fikih muamalah bisnis supaya tidak terjerumus kepada maisir, gharar, riba, atau akad bathil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar