Sedih teringat diri yang dulu. Demikian tekun pagi, siang, malam tak kenal waktu, tak kenal lelah tapi bukan untuk meniti jalan keridhoan, namun hanya untuk mengejar sejumput kenikmatan fana dunia.
.
Tak bolehkah menjadi muslim yg berkelimpahan? Justru seorang muslim yang kuat (berkecukupan/kaya) lebih diutamakan daripada yang lemah. Namun bukan berarti sepanjang waktunya hanya untuk mengejar harta melupakan kewajiban-kewajiban seperti mencari ilmu, berdakwah, amar maruf nahi munkar, dll.
.
“Dan demikian (pula) Kami menjadikan kamu (umat Islam) ummatan wasathan (umat yang adil/pertengahan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan manusia) dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…” (QS. al-Baqarah/2: 143).
.
Artinya Islam memandang sesuatu secara adil menurut porsinya tidak melampaui batas. Ketika berpuasa ada waktu diwajibkan berbuka, malah haram bila tak berbuka. Dalam harta dilarang boros dan pelit, namun ditengah-tengah untuk bersikap Dermawan. Diwajibkan ibadah namun juga diperintahkan mencari nafkah. Posisi tengah mejadikan diri mampu memadukan ruhani dan jasmani, material dan spiritual, dalam segala sikap dan aktivitas.
.
Manusia memiliki sikap cenderung kepada yang disukai (hawa nafsu), sehingga seadil-adilnya perilaku / sikap adalah yang berasal dari Allah SWT, yaitu syariat-Nya sebagai petunjuk jalan yang lurus. Al Quran Sebagai mukjizat dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW untuk dijalankan umatnya supaya tidak salah jalan.
.
Jadi bila ingin tak salah jalan/tersesat cukup ikuti jalan kebaikan, jalan yang diridhoi-Nya. Taat tanpa TAPI dan NANTI jika tak ingin menyesal NANTI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar