Berkata Positif Versi Sekuler ?
.
Sebagai seorang yang berusaha mau tak mau, suka tidak suka harus siap hadapi berbagai tantangan usaha.
.
Mulai dari urusan karyawan, keuangan, pemasaran, branding, manajemen, bahkan sampai urusan hukum.
.
Akhirnya mencari bekal teori-teori pengembangan diri.
.
Saat itu saya belum mengenal Islam lebih dalam, dianggap Islam hanya mengatur urusan seputar ibadah saja. Padahal jawaban atas masalah diatas sudah tersedia dalam bahasan syakhsiyah Islamiyah (Kepribadian Islam).
.
Saya pelajari buku2, seminar, workshop yang salah satu teorinya adalah untuk “Positive Thinking”. Teori ini berasal dari para pemikir barat.
.
Sebenarnya dalam Islam konsep ini juga sudah dibahas yaitu untuk ber-Husnudzon.
.
Teori barat menekankan untuk ber-positive thinking terhadap hal apapun. Bahkan sampai-sampai sebuah kata negatif harus dirubah dengan paduan kata sebaliknya dengan pesan yang positif.
.
Contoh : “kamu besok jangan telat lagi ya.” Diganti yang benar “Besok yang ontime ya”
.
Pertanyaannya apakah salah ? Tidak juga, karena memang begitulah cara kerjanya. Namun ada Tapinya..
.
Jadi begini, yang menentukan sebuah kata menjadi positif dan negatif adalah emosi yang dikandungnya.
.
Bisa jadi kata yang harfiah positif menjadi bermakna (emosi) yang negatif. Contoh seorang anak mendapat nilai ujian yang jelek, orang tuanya berkata “Kamu itu PINTER banget sih..” dengan sedikit geram. Kata pinter yang harfiahnya baik berubah sebaliknya menjadi negatif karena maksud emosi disitu adalah pinter=bodoh.
.
Dalam Al Quran dan Hadits banyak dijumpai kata-kata yang harfiah secara awam sebagai kata negatif. Kalau pakai teori barat yang semua kata harus berupa kata positif, mereka akan bilang Quran ajarkan kebencian. Bagaimana mungkin Sedangkan Allah SWT Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
.
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.” (Q.S Al-Isra'[17]: 82).
.
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (Q.S Al-Baqarah[2] : 2)
.
“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (Q.S Al-Isra'[17]: 9).
.
Quran ini ditujukan kepada orang beriman (muslim) sebagai petunjuk jalan yang lurus, mengokohkan jiwa untuk tetap kuat dan sabar yang kelak di akhirat ada balasan setimpal (keadilan).
.
Jadi kembali lagi bahwa tak semua kata negatif adalah sebagai kebencian.
.
Begitu juga bagi yang kritis ber amar maruf nahi munkar, bukan merupakan wujud kebencian, justru sebaliknya wujud kasih sayang supaya kembali ke jalan yang benar, supaya selamat di negeri akhirat yang kekal abadi.
.
Terlebih amar maruf mahi munkar adalah perintah Allah SWT. Mana mungkin perintah Allah SWT salah, yang salah adalah justru mereka yang berdiam seperti diucapkan ulama terdahulu berikut :
.
“Orang yang diam dari kebenaran adalah syaithan yang bisu sedangkan orang yang berucap dengan kebatilan adalah syaithan yang berbicara.”
- Agung Nugroho Susanto -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar