Motivasi Dari Sahabat Rasulullah (Abdurrahman bin Auf)
Ia seorang saudagar kaya raya, yang harta kekayaannya ada di genggamanNYA bukan dihatinya..
Simak Kisah Hebat dari Abdurrahman bin Auf yang merupakan salah satu dari 10 Sahabat yang dijamin masuk surga.
Beliau adalah contoh seorang pebisnis yang begitu mumpuni. Harta waris yang beliau tinggalkan untuk isteri-isteri beliau saja berjumlah Rp. 3,2T.
Begitu mudah kesuksesan bisnis yang beliau capai sampai-sampai beliau berkata: ‚Sungguh kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan di bawahnya emas dan perak !‛
Biasanya orang yang di manjakan dunia menjadi lalai. Namun tidak dengan Abdurrahman bin Auf.
Disebutkan di dalam kitab Sirah Nabawiyah, ketika perintah hijrah turun, maka Rasulullah memerintahkan
seluruh sahabat untuk berhijrah ke Madinah..
Demi untuk dapat melakukan hijrah ini Abdurrahman bin Auf merelakan seluruh harta kekayaan hasil bisnisnya disita
dan dirampas oleh orang-orang kafir Qurays. Beliau serahkan seluruh hartanya agar dapat pergi hijrah
Setelah beliau sukses hijrah ke Madinah, kembali merintis bisnis dari 0 dan kembali sukses.
Dikisahkan Saat beliau sampai di Madinah sepulang dari perjalanan bisnisnya yang jauh, beliau membawa kafilah dagang berupa 700 ekor unta penuh beserta muatannya.
Melihat hal itu Ummul Mukminin Aisyah r.ah mengingatkannya dengan hadits Nabi SAW: "Kulihat Abdurrahman bin ‘Auf masuk surga dengan merangkak". bersama sahabat-sahabatnya yang lain ke Madinah.
Beliau bukanlah pengusaha yang pengecut, yang hanya duduk dan berani berjuang dengan harta saja. Beliau terlibat langsung dalam berbagai peperangan bersama Rasulullah. Beliau hadir pada perang Badar dan Perang Uhud.
Dari peperangan uhud ini ada sembilan luka parah ditubuhnya dan dua puluh luka kecil yang diantaranya ada yang sedalam anak jari. Perang ini juga menyebabkan luka parah di kakinya, sehingga Abdurahman bin Auf harus berjalan dengan pincang, dan juga merontokkan sebagian giginya sehingga beliau cadel bicaranya.
Abdurrahman bin Auf adalah seorang pebisnis kaya raya yang meletakkan harta kekayaan dunia di dalam genggaman tangannya, bukan di hatinya. Ia mampu mengendalikan hartanya, bukan harta yang mengendalikan dirinya.
Beliau juga seorang yang hatinya sangat halus dan mudah bersedih. Beliau sangat takut akan pertanggung jawaban kehidupan beliau kelak di akhirat. Tak jarang beliau merasa khawatir terhadap kemudahan memperoleh rizkinya adalah kebaikan yang telah didahulukan oleh Allah di dunia bagi dirinya sedang nanti ia tidak lagi memperolehnya di akhirat.
Tak jarang beliau menangis ketika menghadapi hidangan makanan. Pada suatu ketika, saat hidangan jamuan makan telah disajikan di hadapannya, bersama para sahabat yang lain, beliaupun menangis. Karena itu para sahabatnya bertanya: ‛Apa sebabnya anda menangis wahai Abu Muhammad...?‛ sambil berlinangan air mata beliaupun berkata: ‛Mush’ab bin Umair telah gugur sebagai syahid, sedang ia seorang yang jauh lebih baik daripadaku, ia hanya mendapat kafan sehelai burdah, jika di tutupkan ke kepalanya maka kelihatanlah kakinya, dan jika ditutupkan ke kedua kakinya terbukalah kepalanya!
Demikian pula Hamzah bin Abdul Muthalib yang jauh lebih baik daripadaku, ia pun gugur sebagai syahid, dan di saat akan dikuburkan hanya terdapat baginya sehelai selendang. Telah dihamparkan bagi ku dunia seluas-luasnya, dan telah diberikan pula kepadaku hasil sebanyak-banyaknya. Sungguh aku khawatir kalau-kalau telah didahulukan pahala kebaikan ku...!‛