Pertama, iman dan rida terhadap ketentuan (Qadar) Allah. QS al-Hadid ayat 22, yang artinya, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
Kedua, sabar menghadapi musibah. Dalam Tafsir Al-Jalalain, Imam Suyuthi mengatakan, “Sabar adalah menahan diri terhadap apa pun yang Anda benci (Al-habsu li an-nafsi ‘alaa maa takrahu).”
Ketiga, mengetahui hikmah di balik musibah. sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, yang artinya, “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah akan menghapus sebagian dosanya.”
Keempat, tetap ikhtiar yakni melakukan berbagai usaha untuk memperbaiki keadaan dan menghindarkan diri dari bahaya-bahaya yang muncul akibat musibah.
Kelima, disunnahkan memperbanyak doa dan berdzikir sebab keduanya menjadikan seseorang lebih mulia di sisi Allah.
Keenam, bertaubat kepada Allah. Tiada seorang hamba pun yang ditimpa musibah melainkan akibat dari dosa yang diperbuatnya. Apabila dosanya menyangkut muamalah dengan manusia, seperti belum membayar utang, menggunjing seseorang, menyakiti perasaan orang lain, dan sebagainya, maka rukun taubat ditambah satu lagi yaitu menyelesaikan urusan sesama manusia dan meminta maaf
Ketujuh, istiqamah pada Islam.
yaitu konsisten di atas satu jalan dengan mengamalkan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Semoga dengan berpegang teguh pada tuntutan Islam, Allah SWT akan memberikan rahmat, hidayah, dan ‘inayah-Nya kepada kaum Muslim,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar