banyak memberi banyak menerima

banyak memberi banyak menerima

Senin, 03 Februari 2025

NYINYIR

Nyinyir

Fenomena nyinyir atau nyindir dengan tujuan merendahkan orang lain sudah jamak disekitar kita. 

Nyinyir bisa dibilang salah satu penyakit hati yang dekat kepada sifat Hasad . Yaitu sikap tidak menyukai orang lain mendapatkan nikmat atau kebaikan, disertai dengan keinginan agar hilangnya nikmat tersebut pada orang lain.

“Hati-hatilah kalian terhadap hasad karena ia memakan kebaikan laksana api memakan kayu.” (HR Abu Daud)

Perasaan hasad ini bisa menjangkiti siapapun, terlebih bagi yang kurang terlatih dalam pengendalian diri menjaga hati.

Ini karena secara fitrah, manusia diberikan Allah Swt. rasa cemburu dan persaingan. Ini adalah penampakkan dari naluri pertahanan diri (gharizah al-baqa) pada manusia

Ulama mengatakan, “Setiap jasad tidaklah bisa lepas dari yang namanya hasad. Namun, orang yang berpenyakit (hati) akan menampakkannya. Sedangkan orang yang mulia akan menyembunyikannya.” (Majmu’ Al Fatawa, 10/124-125).

Salah satu cara ampuh menetralkan penyakit hasad YAITU dengan mendoakan orang yang mendapatkan karunia KEBAIKAN. 

Ketika kita mendoakannya, para malaikat pun akan mengaminkan doa kebaikan tersebut untuk kita juga. 

Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan malaikat akan berkata, ‘Amin dan bagimu kebaikan yang sama.’”(HR Muslim)

Kita harus senantiasa menjaga hati dari penyakit ini. Jika mengalami hendaknya segera menyembuhkannya. Rasul bersabda, “Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong, pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan, kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Tirmidzi)

Inilah pentingnya selain memahami hukum-hukum Islam, kita juga memahami ilmu yang membentuk pola sikap (nafsiyah) dalam Islam. Terus menjadi lebih baik agar diri memiliki kepribadian Islam (syakhshiyyah Islamiyah).